Seperti
yang kita ketahui di indonesia, mengingat
jumlah penyebaran penyakit infeksi semakin hari semakin meningkat, baik
menyerang anak-anak, dewasa dan lansia pada umumnya. Sehingga saya memilih
kasus meningitis ini.
Penyakit meningitis merupakan penyakit yang serius
karena letaknya dekat dengan otak dan tulang belakang sehingga dapat
menyebabkan kerusakan kendali gerak, pikiran, bahkan kematian. Kebanyakan kasus
meningitis disebabkan oleh mikroorganisme seperti virus, bakteri, jamur atau
parasit yang menyebar dalam darah dan cairan otak. Mengingat cara penyebaran
yang sederhana dan dampaknya yang mematikan walaupun setelah mendapatkan
perawatan maka penanganannya pun juga harus tepat.
Meningitis
adalah radang pada meningen (membran yang mengelilingi otak dan medula
spinalis) dan disebabkan oleh virus, bakteri atau organ-organ jamur (Smeltzer,
2001). Meningitis merupakan infeksi akut dari meninges, biasanya ditimbulkan
oleh salah satu dari mikroorganisme pneumokok, Meningokok, Stafilokok,
Streptokok, Hemophilus influenza dan bahan aseptis (virus) (Long, 1996).
Meningitis adalah peradangan pada selaput meningen, cairan serebrospinal dan spinal column yang menyebabkan proses infeksi pada sistem saraf pusat (Suriadi & Rita, 2001). Sedangkan menurut saya sendiri meningitis adalah radang yang disebabkan oleh infeksi dan ditularkan melalui virus, bakteri atau mikoorganisme lain.
Meningitis adalah peradangan pada selaput meningen, cairan serebrospinal dan spinal column yang menyebabkan proses infeksi pada sistem saraf pusat (Suriadi & Rita, 2001). Sedangkan menurut saya sendiri meningitis adalah radang yang disebabkan oleh infeksi dan ditularkan melalui virus, bakteri atau mikoorganisme lain.
Secara
umum meningitis terbagi menjadi lima yaitu: 1) Meningitis serosa adalah radang
selaput otak araknoid dan piameter yang disertai cairan otak yang jernih.
Penyebab terseringnya adalah Mycobacterium tuberculosa. Penyebab lainnya lues,
Virus, Toxoplasma gondhii dan Ricketsia. 2) Meningitis purulenta adalah radang
bernanah arakhnoid dan piameter yang meliputi otak dan medula spinalis.
Penyebabnya antara lain : Diplococcus pneumoniae (pneumokok), Neisseria
meningitis (meningokok), Streptococus haemolyticuss, Staphylococcus aureus,
Haemophilus influenzae, Escherichia coli, Klebsiella pneumoniae, Peudomonas
aeruginosa. Meningitis disebabkan oleh lima faktor yaitu 1) meningitis
bakterialis: meningitis ini disebabkan oleh bakteri dan menyebar melalui kontak
jarak dekat. Jika tidak segera ditangani, bisa menyebabkan kerusakan otak
parah, kehilangan indera pendengaran dan menimbulkan infeksi pada darah.
Penderita meningitis bakterialis kebanyakan menyerang bayi berusia dibawah satu
tahun. 2) meningitis virus: penyebab meningitis virus adalah virus yang bisa
menyebar melalui batuk, bersin, dan lingkungan yang tidak higienis. Meningitis
virus memiliki kesamaan gejala dengan flu. Anak berusia dibawah lima tahun dan
seseorang dengan sistem kekebalan tubuh lemah memiliki resiiko lebih besar
untuk tertular meningitis virus. 3) meningitis jamur: meningitis yang biasanya
merupakan hasil dari menyebarnya jamur di sumsum tulang belakang melalui aliran
darah. Resiko seseorang terkena meningitis jamur akan meningkat ketika sistem
kekebalan tubuhnya terganggu, seperti pada penderita HIV dan kanker. Beberapa
gejala meningitis jamur adalah penderita akan sensiitif terhadap cahaya dan
merasa kebingungan, 4) meningitis parasit: meningitis ini disebabkan oleh
parasit yang biasanya masuk kedalam tubuh mlalui hiidung. Amuba yang
menyebabkan meningitis parasit umumnya adalah Naegleria Fowleri. Amuba ini
biasanya ditemukan pada danau, sungai, air tawar yang bersuhu hangat, sumber
air panas bumi, kolam renang yang tidak dirawat, pemanas air dan tanah, 5)
meningitis non infeksi: ada lebih dari satu faktor penyebab meningitis non
infeksi. Meningitis jenis ini tidak menular dan memiliki gejala umum yang sama
seperti meningitis jenis lainnya. dan beberapa penyakit serta kondisi. Adapun
tanda dan gejalanya antara lain: nyeri pada persendian, menggigil, kulit
kelihatan pucat, muncul bintik-bintik merah pada tubuh dan bibir nampak
berwarna biru.
Pertolongan
pertama yang dapat dilakukan apabila menemui seseorang dengan meningitis adalah
jangan takut dan tetap tenang, segera mencari bantuan tenaga kesehatan. Jangan
takut untuk bertanya informasi mengenai meningitis kepada tenaga kesehatan atau
dokter. Adapun cara pencegahannya yaitu a) dengan pemberian vaksin, vaksin
diberikan ketika berusia 11 sampai 12 tahun atau 16 sampai 21 tahun. Pada usia
tersebut rawan terkena meningitis. b) menjaga jarak dengan pasien penderita
meningitis, menjaga jarak dengan penderita meningitis sangat diperlukan. Karena
bakteri yang terdapat pada cairan hidung maupun mulut dapat menular ketika
bersin atau batuk. c) rajin mencuci tangan, hal ini dapat dilakukan karena merupakan
salah satu cara pencegahan dari penyakit meningitis, d) jaga kekebalan tubuh
merupakan kekebalan yang sangat diperlukan agar tubuh semakin kebal terhadap
bakteri penyebab penyakit. Tidur yang cukup akan memacu kesehatan tubuh agar
tetap terjaga staminanya. Untuk penanganan meningitis diperlukan perawatan
dirumah yang mana akan sangat membantu pasien. Perawatan dirumah hanya
diberikan untuk yang menderita meningitis virus. Namun tetap harus melihat
adanya gejala bahaya seperti: muntah yang terus menerus, sakit kepala yang
bertambah parah, kejang, lemah atau baal didaerah tangan atau kaki, kesulitan
untuk berbicara, sulit menelan atau berjalan, sangat mengantuk. Perlu tidaknya
dirawat tergantung dari penyebab meningitisnya. Bila dikarenakan virus biasanya
hanya mengobati gejalanya saja. Namun bila karena bakteri perawatan akan
dilakukan di ICU untuk kepentingan observasi. Bila diketahui kondisinya semakin
hari semakin memburuk maka harus dipasangkan alat bantu pernafasan.
Asuhan
keperawatan terdiri dari melakukan pengkajian, menentukan diagnosa,
merencanakan tindakan yang akan dilakukan (intervensi), melakukan tindakan yang
sudah direncanakan (implementasi) dan mengevaluasi hasil dari tindakan yang
sudah diberikan. Disini saya hanya akan memaparkan tiga dari 5 langkah proses
keperawatan yaitu melakukan pengkajian, menentukan diagnosa dan menentukan
rencana tindakan yang akan dilakukan.
Pengkajian
yang pertama yaitu: pada Aktivitasnya, dimana pasien memiliki perasaan tidak
enak dengan ditandai mulai menurunnya kemampuan pada gerakan otot.
Pengkajian
yang kedua yaitu: pola makan, pasien kehilangan nafsu makannya diakibatkan
sulit menelan. Hal ini menyebabkan pasien tampak lemas sehingga keluar makanan
yang dimakan (muntah) dan membran mukosa nampak kering.
Pengkajian
yang ketiga yaitu: gangguan keamanan, dimana pasien mengalami sakit kepala yang
mengakibatkan pasien tampak meringis kesakitan ditambah rasa gelisah yang tidak
henti dikeluhkan oleh pasien dan disertai menangis.
Pengkajian
yang keempat yaitu: pola pernafasan, pasien memiliki riwayat terkena penyakit
paru tandanya peningkatan kerja pernafasan.
Diagnosa pada meningitis
pada umumnya sangat banyak namun, saya disini hanya akan mengambil 4 di
antaranya adalah 1) Resiko
tinggi terhadap perubahan serebral dan perfusi jaringan berhubungan dengan
edema serebral, hipovolemia. 2) Nyeri (akut) berhubungan dengan proses inflamasi, toksin dalam
sirkulasi. 3) Kerusakan mobilitas
fisik berhubungan dengan kerusakan neuromuskular, penurunan kekuatan. 4) Anxietas berhubungan dengan krisis situasi,
ancaman kematian.
Diagnosa
1: Resiko tinggi terhadap perubahan serebral dan perfusi jaringan
berhubungan dengan edema serebral, hipovolemia.
Tujuan:
perfusi jaringan cerebral optimal secara bertahap setelah dilakukan tindakan
keperawatan dalam waktu 7x24 jam
Intervensi:
kaji karakteristik nyeri (intensitas, lokasi, frekuensi dan faktor yang
mempengaruhi)
Rasional:
penurunan tanda dan gejala neurologis atau kegagalan dalam pemulihannya
merupakan awal pemulihan dalam memantau TIK
Intervensi:
kaji tanda peningkatan TIK (kaku kuduk, muntah dan penurunan kesadaran
Rasional:
untuk mengetahui potensial peningkatan TIK
Intervensi:
kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi obat-obatan neurologis.
Rasional:
sebagai terapi terhadap kehilangan kesadaran akibat kerusakan otak, kecelakaan
lalu lintas dan operasi otak.
Diagnosa
2: Nyeri (akut) berhubungan dengan proses inflamasi, toksin dalam sirkulasi.
Tujuan:
agar nyeri yang dirasakan pasien hilang
Intervensi: berikan posisi yang nyaman kepala agak tinggi
sedikit, latihan rentang gerak aktif atau pasif dan masage otot leher.
Rasional:
meningkatkan vasokontriksi, penumpukkan resepsi sensori yang selanjutnya akan
menurunkan nyeri
Intervensi:
berikan dukungan untuk menemukan posisi yang nyaman (kepala agak tinggi)
Rasional:
menurunkan iritasi meningeal, ketidaknyamanan lebih lanjut
Intervensi:
berikan latihan rentang gerak aktif atau pasif
Rasional:
dapat membantu merelaksasikan ketegangan otot yang dapat meningkatkan nyeri
atau tidak nyaman.
Diagnosa
3: Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan neuromuskular,
penurunan kekuatan.
Tujuan:
pasien mampu melaksanakan aktivitas fisik sesuai dengan kemampuannya dengan
kriteria hasil yang ingin dicapai antara lain: pasien dapat mempertahankan
posisi tubuh secara optimal seperti tidak adanya kontraktur, mempertahankan
fungsi tubuh yang terkena, pasien dapat ikut serta dalam program latihan,
mempertahankan integritas kulit.
Intervensi:
kaji kemampuan secara fungsional atau luasnya kerusakan awal dengan cara yang
teratur melalui skala 0 sampai 4
Rasional:
mengindentifikasikan kekuatan atau kelemahan dan dapat memberikan informasi
mengenai pemulihan.
Intervensi:
ubah posisi minimal setiap 2 jam
Rasional:
menurunkan resiko terjadinya iskemia jaringan akibat sirkulasi darah yang jelek
pada daerah yang dinilai terdapat tekanan.
Intervensi:
ajarkan pasien latihan rentang gerak aktif dan pasif, libatkan keluarga dalam
melakukan tindakan
Rasional:
meminimalkan atrofi otot, meningkatkan sirkulasi, membantu mencegah kontraktur.
Intervensi:
inspeksi kulit terutama pada daerah yang tertekan dan menonjol secara teratur,
lakukan massage pada daerah yang tertekan, sanggah tangan dan pergelangan
dengan lurus
Rasional:
titik-titik tekanan pada daerah yang menonjol paling beresiko untuk terjadinya
penurunan perfusi atau iskemia.
Intervensi
: kolaborasi dengan ahli fisioterapi untuk latihan fisik pasien.
Rasional:
peningkatan kemampuan dalam mobilisasi ekstremitas dapat di tingkatkan dengan
latihan fisik dari tim fisioterapi.
Diagnosa 4: Anxietas berhubungan dengan krisis situasi,
ancaman kematian.
Tujuan:
agar ansietas dapat berkurang atau hilang
Intervensi:
diskusikan dalam tindakan keamanan
Rasional:
menurunkan ansietas karena ketidaktahuan dan takut menjadi kesepian
Intervensi:
Dorong pasien dalam mengekspresikan ketakutan atau masalah
Rasional:
mendefinisikan masalah dan pengaruh pilihan intervensi
Intervensi:
mengakui kenyataan atau normalitas perasaan, termasuk marah
Rasional:
memberikan dukungan emosi yang dapat membantu pasien melalui penilaian awal,
juga selama pemulihan.
REFERENSI
Doenges, Marilyn E, dkk.(1999).Rencana
Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan
Pasien. Alih Bahasa, I Made Kariasa, N Made Sumarwati. Editor edisi bahasa
Indonesia, Monica Ester, Yasmin asih. Ed.3. Jakarta : EGC.
Harsono.(1996).Buku Ajar Neurologi
Klinis.Ed.I.Yogyakarta : Gajah Mada University Press.
Smeltzer, Suzanne C & Bare,Brenda
G.(2001).Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth.Alih
bahasa, Agung Waluyo,dkk.Editor edisi bahasa Indonesia, Monica
Ester.Ed.8.Jakarta : EGC.
Tucker, Susan Martin et al. Patient care Standards : Nursing Process,
diagnosis, And Outcome. Alih bahasa Yasmin asih. Ed. 5. Jakarta : EGC;
1998.
Price, Sylvia Anderson. Pathophysiology : Clinical Concepts Of
Disease Processes. Alih Bahasa Peter Anugrah. Ed. 4. Jakarta : EGC;
1994.
Long, Barbara C. perawatan Medikal Bedah
: Suatu Pendekatan Proses Keperawatan. Bandung : yayasan Ikatan Alumni Pendidikan
Keperawatan; 1996.
diakses pada 21 juli 2016 pukul 0:55
Tidak ada komentar:
Posting Komentar